Remikaf

Remifentanil HCl.

Agen analgesik utk digunakan selama induksi & pemeliharaan anestesi umum utk prosedur pd pasien rawat inap & rawat jalan; diberikan secara berkelanjutan hingga periode sesaat ssdh op pd pasien dws. Komponen analgesik dr perawatan anestesi di bwh pemantauan pd pasien dws.

IV Dosis bersifat individual. Dws Induksi anestesi (melalui intubasi) Dosis awal: 1 mcg/kg BB selama 30-60 dtk. Infus berkelanjutan: 0.,5-1 mcg/kg BB/mnt. Pemeliharaan anestesi dg nitrat oksida (66%) Infus berkelanjutan: 0,4 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,1-2 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 1 mcg/kg BB; dg isoflurane (0,4-1,5 MAC) Infus berkelanjutan: 0,25 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,05-2 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 1 mcg/kg BB; dg propofol (100-200 mcg/kg BB/mnt) Infus berkelanjutan: 0.25 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0.05-2 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 1 mcg/kg BB. Kelanjutan pemberian sebagai analgesik hingga perode sesaat ssdh op Infus berkelanjutan: 0,1 mcg/kgBB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,025-0.2 mcg/kg BB/mnt. Anak 1-12 thn Dosis awal: 1 mcg/kg BB selama 30-60 dtk. Pemeliharaan anestesi dg halothane (0,3-1,5 MAC)  Infus berkelanjutan:  0,25 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,05-1,3 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 1 mcg/kg BB; dg sevoflurane (0,3-1,5 MAC) Infus berkelanjutan:  0,25 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,05-1.3 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 1 mcg/kg BB; dg isoflurane (0,4-1,5 MAC) Infus berkelanjutan:  0,25 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,25  mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 1 mcg/kg BB. Sejak lahir - 2 bln Pemeliharaan anestesi dg nitrat oksida (70%) Infus berkelanjutan: 0.4 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,4-1 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan:  1 mcg/kg BB. Kelanjutan pemberian sebagai analgesik hingga perode sesaat ssdh op 0,1 mcg/kg BB/mnt, disesuaikan tiap 5 mnt dg peningkatan 0,025 mcg/kg BB/mnt. Dws Perawatan anestesi dosis tunggal terpantau Remikaf saja: 1 mcg/kg B selama 30-60 dtk diberikan 90 dtk sblm anestesi local atau 0,1 mcg/kg BB/mnt 5 mnt sblm anestesi lokal. Remikaf + 2 mg midazolam: 0.5 mcg/kg BB selama 30-60 dtk diberikan 90 dtk sblm anestesi lokal atau 0,05 mcg/kg BB/mnt 5 mnt sblm anestesi lokal.  Infus berkelanjutan:  Remikaf saja: 0,05 mcg//kg BB/mnt (kisaran: 0,025-0,2 mcg/kg BB/mnt) ssdh anestesi lokal. Remikaf + 2 mg midazolam: 0,025 mcg/kg BB/mnt (kisaran: 0,025-0,2 mcg/kg BB/mnt) ssdh anestesi lokal. Lanjut usia >65 thn Penurunan sebesar 50%. Bedah pintas arteri koroner Induksi anestesi (melalui intubasi) Infus berkelanjutan: 1 mcg/kg BB/mnt. Pemeliharaan anestesi Infus berkelanjutan:  1 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,125-4 mcg/kg BB/mnt. Dosis bolus tambahan: 0,5-1 mcg/kg BB. Kelanjutan pemberian sebagai analgesik hingga di ICU Infus berkelanjutan: 1 mcg/kg BB/mnt. Kisaran dosis infus: 0,05-1 mcg/kg BB/mnt.

Hipersensitivitas. Pemberian epidural atau intratekal krn ada kandungan glisin.

Paparan pasien & pengguna lain terhadap risiko kecanduan, penyalahgunaan & kekeliruan penggunaan opiat. Kurangi kecepatan infus hingga 50% atau hentikan sementara untuk mengatasi depresi pernapasan secara menyeluruh pd pasien yang dapat bernapas spontan. Efek sedatif opiat dapat diperburuk oleh retensi CO2 dari kondisi depresi pernapasan yang diinduksi opioid. Pantau pasien secara ketat terhadap kemungkinan depresi pernafasan saat memulai terapi & peningkatan dosis berikutnya. Tidak untuk digunakan dalam prosedur diagnostik atau terapeutik di luar pantauan perawatan anestesi Pemantauan berkelanjutan pada pasien yang menerima perawatan anestesi yang dipantau. Pantau saturasi O2 secara terus menerus. Meningkatnya risiko penurunan laju pernapasan misalnya, apnea bahkan pada dosis yang direkomendasikan pada pasien dg COPD / cor pulmonale signifikan & mereka yang mengalami penurunan cadangan respirasi, hipoksia, hiperkapnia, atau depresi pernapasan yang sudah ada sebelumnya. Hindari konsumsi alkohol 24 jam setelah operasi. Hentikan penggunaan jika dicurigai sindrom serotonin. Infus kontinu hanya diberikan melalui perangkat infus. Pemberian bolus IV harus dilakukan selama pemeliharaan anestesi umum. Penghentian infus harus didahului dengan pemberian analgesia yang adekuat pasca op. Selang infus harus dibersihkan untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja pada saat penghentian terapi. Dapat menyebabkan kekakuan dinding dada misalnya ketidakmampuan untuk bernapas. Hentikan atau kurangi kecepatan pemberian pada pasien dengan kekakuan otot yang dpt bernapas spontan. Tidak untuk diberikan dalam selang infus IV yang sama dengan darah karena ada potensi inaktivasi oleh esterase nonspesifik dalam produk darah. Bradikardi. Hipotensi. Bangkitnya kesadaran pada pasien <55 tahun selama berlangsungnya prosedur operasi jika diberikan bersama Propofol dengan kecepatan infus ≤75 mcg/kg BB/mnt. Risiko penggunaan pada pasien yang bernapas spontan yang mengalami peningkatan tekanan intrakranial, tumor otak, cedera kepala atau gangguan kesadaran. Dapat mengaburkan perjalanan klinis pada pasien dengan cedera kepala. Dapat menyebabkan spasme otot sfingter oddi. Dapat meningkatkan kadar amilase serum. Pantau pasien dengan penyakit saluran empedu misalnya, pankreatitis akut. Peningkatan frekuensi kejang pada pasien dengan gangguan kejang & risiko kejang yang terjadi pada kondisi klinis lain yang terkait kejang. Pantau pasien dengan riwayat gangguan kejang. Pemantauan standar harus dipertahankan pada periode pasca operasi untuk memastikan tercapainya pemulihan yang memadai tanpa stimulasi. Analgesik lain harus diberikan sebelum penghentian anestesi pada pasien yang menjalani prosedur bedah dimana rasa sakit pasca operasi umumnya sudah diantisipasi. Gunakan pada pasien gemuk yang tidak sehat. Penggunaan analgesik opiat dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan sindrom putus opiate pada neonatus. Tidak dianjurkan pada wanita hamil selama atau sesaat sebelum melahirkan ketika dapat dilakukan teknik analgesik lain yang lebih tepat. Pantau neonatus yang terpapar analgesik opiat selama persalinan terhadap tanda-tanda sedasi berlebihan & depresi pernapasan. Pantau bayi yang terpajan melalui ASI terhadap tanda-tanda sedasi berlebihan & depresi pernapasan. Gejala putus obat dapat terjadi pada bayi yang disusui ketika pemberian analgesik opiat pada ibu atau pemberian dihentikan. Risiko depresi pernafasan lebih tinggi pada pasien usia lanjut, pasien yang tak berdaya, atau lemah. Berkurangnya kadar bersihan obat sebesar 25% pada pasien lansia> 65 tahun. Penurunan secara cepat kadar obat ini dalam darah setelah penghentian pemberian obat ini pada lansia.

Asistolik, sindrom serotonin, anafilaksis. Mual, hipotensi, muntah, kekakuan otot.

Penggunaan bersama dg benzodiazepin atau depresan SSP lainnya, misalnya. obat sedatif/hipnotik benzodiazepin, ansiolitik, trankuilizer, relaksan otot, anestesi umum, antipsikotik, opioid lain, atau alkohol meningkatkan risiko hipotensi, depresi pernapasan, sedasi dalam, koma & kematian akibat efek farmakologis aditif. Penggunaan bersama dg obat serotonergik misalnya, SSRI, serotonin & norepinefrin reuptake inhibitor, antidepresan trisiklik, triptan, antagonis reseptor 5-HT3, obat yg memengaruhi sistem neurotransmitter serotonergik misalnya, mirtazapine, trazodone, tramadol & obat yg mengganggu metabolism serotonin misalnya MAOI (yg dimaksudkan utk mengobati gangguan kejiwaan & juga obat lain misalnya, linezolid & IV methylene blue) dapat mengakibatkan sindrom serotonin. Penggunaan bersama dg butorphanol, nalbuphine, pentazocine, buprenorphine dpt mengurangi efek analgesik &/atau gejala putus obat.

Anestesi Lokal & Umum

N01AH06 - remifentanil ; Belongs to the class of opioid anesthetics. Used as general anesthetics.