Virus Japanese encephalitis hidup, dilemahkan, rekombinan (dikembangbiakkan dalam sel Vero)
Profilaksis Japanese encephalitis yang disebabkan oleh virus ensefalitis Jepang pada pasien ≥9 bln.
SC Vaksinasi primer Anak ≥9 bln 0,5 mL inj dosis tunggal. Booster Anak ≤18 th 0.5 mL 12-24 bulan setelah vaksinasi primer. Anak yang sebelumnya diberikan vaksin ensefalitis Jepang inaktif untuk vaksinasi primer 0,5 mL sebagai dosis booster sesuai dg waktu yg direkomendasikan utk booster vaksin Japanese encephalitis inaktif.
Hipersensitivitas. Tunda vaksinasi jika terjadi demam atau penyakit akut. Defisiensi imun bawaan atau didapat, yg merusak imunitas seluler termasuk terapi imunosupresif, misalnya kemoterapi & kortikosteroid sistemik dosis tinggi yg diberikan selama ≥ 14 hr. Pasien yg terinfeksi HIV tanpa gejala atau asimtomatik. Kehamilan & laktasi.
Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik dosis tinggi yang diberikan ≥14 hari harus diberikan selama ≥1 bulan sebelum vaksinasi. Jangan diberikan secara intravaskular.
Keletihan, malaise, nyeri di tempat inj; sakit kepala; Mialgia Merasa panas, menggigil, melukai erythema / pruiritus / bengkak / memar; pusing; Arthralgia; Diare, mual, sakit perut, muntah; Nyeri pada faringolaringeal, dyspnea, rhinorrhea, batuk, mengi, hidung tersumbat; ruam. Anak: Pyrexia, sakit pada tempat injeksi/ nyeri tekan; somnolen; kehilangan selera makan; tangisan abnormal.
Terapi imunosupresif atau kortikosteroid. Vaksinasi tidak boleh dilakukan dalam 6 minggu dan tidak dalam 3 bln dari injeksi Ig atau produk yang mengandung Ig misalnya darah atau plasma.
J07BA03 - encephalitis, Japanese, live attenuated ; Belongs to the class of encephalitis viral vaccines.
Imojev vaksin (inj)
(vial) 0.5 mL x 10 × 1's (Rp406,153/boks); (vial) 0.5 mL x 1's